PEMIKIRAN ILMU PENGETAHUAN SEPUTAR FILSAFAT MENURUT BERTRAND RUSSEL


”PEMIKIRAN ILMU PENGETAHUAN SEPUTAR
 FILSAFAT MENURUT BERTRAND RUSSEL”
IDN times

Mari kita awali beberapa kata tentang apa yang di maksud dengan filsafat. Filsafat bukanlah ilmu pasti seperti ilmu alam, namun juga bukan kepercayaan yang tak berdasar. Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah keduanya: mungkin iya disebut sebagai seni perkiraan rasional. Filsafat mengatakan pada kita, apa yang harus kita lakukan saat kita ingin menemukan apa yang mungkin benar atau yang paling mungkin benar, dan dimana kita bias mengetahui dengan pasti apa yang benar.
            Hal pertama yang perlu di sadari jika anda ingin menjadi seorang filsuf adalah bahwa sebagian besar manusia menjalani kehidupan dengan membawa setumpuk keyakinan yang tidak memiliki pembenaran rasional, dan bahwa keyakinan-keyakinan ini sering tidak sejalan dengan keyakinan orang lain. Jika anda berusaha menjadi seorang filsuf, anda harus berusaha sejauh yang anda bisa untuk menghapuskan keyakinan-keyakinan yang hanya bergantung pada ruang dan waktu dari pendidikan anda dan juga dari apa yang dikatakan oleh orang tua dan guru anda[1].
            Makalah ini di susun terdiri dari 3 pokok pembahasan masalah:
1.      Mengungkap ilmu pengetahuan di dalam tradisi
2.      Kebenaran dan kesesatan
3.      Pemikiran Bertrand russel tentang atomisme logic
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menganggap banyak hal sebagai sesuatu yang pasti, padahal setelah di periksa dengan cermat ternyata penuh dengan kontradiksi dan hanya dengan pemikiran yang suntuk kita mampu mengetahui apakah halt itu sesungguhnya, sehingga kita benar-benar dapat mempercayainya. Dalam pencarian untuk mendapatkan suatu kepastian wajar jika kita memulai dari pengalaman kita sekarang ini dan dalam beberapa hal tidak diragukan lagi bahwa pengetahuan kita berasal dari pengalaman-pengalaman tersebut.
Seorang calon filsuf perlu bertanya pada diri sendiri jenis pengetahuan apa yang memiliki kemungkinan terkecil untuk di pertanyakan dan mengapa. Dalam mengawali pendidikannya ia mungkin mengasumsikan bahwa jenis-jenis pengetahuan yang paling pasti adalah pengetahuan yang jarang di perdebatkan
Dalam kaitannya dengan hasil hal penting pertama bagi seorang filsuf adalah sejarah semesta masa lalu dan masa mendatang. Masa lalu dan masa mendatang memang hanya merupakan terkan belaka, namun bagian tengahnya terdapat satu garis panjang yang tidak banyak diragukan. [2]


BIOGRAFI

            Bertrand Athur William Russell (1872-1970) adalah dari keluarga bangsawan Inggris Lord dan Lady Amberley. Pada usia 2 tahun dan 4 tahun, berturut-turut ayah dan ibunya meninggal dunia, sehingga masa kecilnya dibesarkan oleh kakeknya yang bernama Lord John Bertrand Russell. Menurut riwayatnya, masa kecil Russell dilewatinya dalam suasana yang tidak membahagiakan. Walau neneknya berkecukupan dalam harta, tetapi mendidiknya dengan keras dan rigit dalam mendisiplinkan anak-anak. Pendidikan awalnya adalah pendidikan privat dengan mendatang guru asuh dari Swiss dan Jerman.2 Pada usia 18 tahun, tepat tahun 1890 ia pergi ke Cambridge untuk belajar matematika. Namun pada tahun ke empat kuliahnya ia beralih ke bidang filsafat di bawah bimbingan gurunya Henry Sidgwich, James Ward dan GF Stout, MC. Taggart dan Bradley.

 Pada saat ini, Bertrand Russell menjadi pengikut paham Hegelian.3 Pada tahun 1894, Bertrand Russell bertugas sebagai atase honorer di kedutaan Inggris di Paris. Pada tahun 1895, ia pun bertekun mempelajari matematika dan demokrasi sosial Jerman, sehingga satu tahun kemudian terbit bukunya yang berjudul German Social Democracy. 4 Kebanyakan karya awal Bertrand Russell terfokus membicarakan persoalan matematika dan logika. Pada saat ini, Bertrand Russell terpengaruh oleh pemikiran Immanuel Kant dan Hegel. Namun pada tahun 1898, Bertrand Russell justru memberi serangan tajamnya pada filsafat idealisme absolut yang dominan di Inggris. Moore telah menjadikan Bertrand Russell meningggalkan paham Hegelian dan Neo Idealisme dan selanjutnya menekuni bidang matematika dan logika yang kemudian bersama Whitehead berusaha mengembangkan bidang ini.6 Antara tahun 1910 dan 1916 Berrand Russell mengajar di Universitas Cambridge. 

Bertrand Russell tidak hanya dikenal di wilayah Inggris dan dan Eropah daratan, tetapi sampai ke negeri Cina berkat tugasnya sebagai guru besar di negeri ini antara 1930- 1931. Sejak tahun 1930-an, Berrand Russell tertarik membicarakan persoalan pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Pada tahun 1950, Bertrand Russell menerima hadiah nobel di bidang kesusastraan.7 Selama hidupnya, Bertrand Russell sangat banyak menulis tentangt berbagai persoalan seperti filsafat, moral, pendidikan, sejarah, agama dan politik. Bukunya dalam bidang sosial seperti, Marrige and Morals, london 1929, On Education, Especially in Early Chilhood, London 1926, Educatin and Social Order, London 1932. dalam bidang fisafat dapat dilihat umpamanya The Philosophy of Parcifism, 1916; The Analysis of Mind, 1921; The Analysis of Matter 1927; dan History of Western Philosophy, 1945. dan pada tahun 1950, ia menerima hadiah Nobel bidang sastra.[3]




BAB III
                                         Pembahasan         

1.      Dampak Ilmu Pengetahuan Di Dalam Tradisi

Akibat ilmu pengetahuan amat sangat beragam. Ada dampak intelektual langsung yaitu di tanggalkannya banyak kepercayaan tradisional dan dikenakannya cara-cara yang di tawarkan oleh keberhasilan metode ilmiah. Selain itu ada akibat pada tekhnik di bidang industry dan perang. Selanjutnya terutama sebagai akibat timbulnya berbagai teknik baru, terjadi perubahan-perubahan mendalam pada organisasi social yang lambat laun membawa perubahan politik.
Penelitian antropologi membuat kita sangat sadar akan banyaknya kepercayaan tak berdasar yang memperngaruhi kehidupan masyarakat belum beradab. Penyakit dianggap berkaitan dengan sihir,gagal panen di anggap karena dewa marah atau ulah setan yang jahat. Gerhana dan komet di anggap sebagai pertanda datangnya malapetaka. [4]
Baru pada zaman raja Charles II penolakan terhadap tahayyul menjadi umum di antara kaum terpelajar raja Charles II ilmu pengetahuan dapat menjadi mitra nya untuk melawan kaum fanatik, sebutan bagi mereka yang tidak menyenangi Cromwell. Ia mendirikan royal society dan mempopulerkan ilmu pengetahuan. Pencerahan mulai tersebar dari lingkungan kerajaan. Pada masa itulah kepercayaan terhadap ilmu sihir di pandang sebagai tahayyul. Karya Shakespeare, machbeth merupakan propaganda pemerintah, dan tidak di ragukan lagi bahwa drama itu lebih terima sebagai pujian yang menjilat terhadap raja di masukkannya tukang sihir di dalamnya.
Kemenangan manusia dan akal sehat dalam hal ini hampir seluruhnya disebabkan oleh tersebarnya pandangan ilmiah bukan karena sebab tertentu yang sudah pasti, tetapi karena kemusykilan seluruh cara berfikir yang sebelumnya zaman rasionalisme, yang di mulai pada masa raja Charles II, merupakan hal yang lumrah.
Dari karya-karya orang besar abad ke 17 berkembanglah pandangan dunia yang baru dan pandangan inilah, bukan sebab lainnya yang menghancurkan kepercayaan terhadap firasat, ilmu sihir, kerasukan syetan dan lain lain. Saya kira ada 3 unsur yang amat penting dalam pandangan ilmiah abad ke 18

1.      Pernyataan tentang fakta harus di dasarkan pada pengamatan, bukannya pada otoritas yang tak berdasar.
2.      Dunia nirnyawa adalah system yang hidup dan bertindak sendiri, dimana semua perubahan yang terjadi tunduk pada hukum alam.
3.      Bumi bukanlah pusat semesta, kemungkinan besar manusia bukanlah tujuannya (jika ada), lagi pula “tujuan” adalah sebuah konsep yang secara ilmiah tidak berguna.
Ketiga unsur di atas membentuk apa yang dinamakan pandangan mekanistik yang di kutuk oleh para imam. Ada hal-hal yang harus di jelaskan tentang masing-masing unsur dari pandangan mekanistik tersebut.

(A) Pengamatan lawan otoritas
Bagi kaum terpelajar modern memang cukup jelas bahwa fakta harus di pastikan dengan pengamatan, bukannya dengan meminta pendapat orang yang dulunya di anggap punya otoritas. Tetapi ini suatu konsep modern, yang hamper tidak ada pada abad sebelum ke 17. Kebanyakan kita masih percaya akan banyak hal yang sebenarnya tidak peunya dasar lain dari nenek moyang kita.
Beberapa hal dipercaya begitu saja semata-mata karena orang merasa pastilah hal itu benar. Dalam kasus seperti ini diperlukan bukti yang sungguh-sungguh kuat untuk menghancurkan kepercayaan itu. Keadaan ini juga ada sehubungan dengan pewarisan watak manusia. Ada dorongan begitu kuat untuk mempercayai hal itu sehingga ahli biologi sangat sulit untuk meyakinkan orang bahwa anggapan orang itu salah.
Menghargai pengamatan, sebagai lawan tradisi, adalah sesuatu yang sulit dan orang hamour berpendapat bahwa hal itu bertentangan dengan kodrat manusia. Tuntutan inilah yang menjadi sumber pertentangan tak berkesudahan antara ilmu pengetahuan dengan otoritas.
(2) otonomi dunia fisik
Barangkali, yang paling ampuh menghapus pandangan para ilmiah adalah hukum gerak yang kita peroleh dari galileo, kendati sampai tingkat tertentu ia didahului oleh Leonardo Davinci.
(3) disingkirkannya konsep “tujuan”
Aristoteles berpendapat ada empat macam sebab, sedang ilmu pengetahuan modern hanya mengakui satu dari keempatnya. Dua dari keempat sebab yang disebut aristoteles tidak perlu kita hiraukan yang perlu kita perhatikan adalah sebab efisien dan sebab final.
Ambiguitas dalam kata “mengapa”-lah yang membuat aristoteles membedakan sebab efisien dari sebab final. Ia beranggapan dan masih banyak orang berfikir demikian bahwa kedua sebab tersebut harus dapat ditemukan dimana saja.
(4) tempat manusia dalam alam semesta
Ada dua dampak ilmu pengetahuan yang saling bertentangan terhadap pandangan kita tentang tempat manusia dalam alam semesta, yang satu  merendahkan manusia, sedangkan yang lain memuliakannya. Dampak itu merendahkan manusia dari titik kontemplasi, dan meninggikan manusia dari titik tindakan.



2.      KEBENARAN DAN KESESATAN

Pengetahuan kita tentang kebenaran, tidak seperti pengetahuan tentang benda-benda, memiliki kebalikannya, yakni kesesatan. Sejauh menyangkut benda-bennda, kita mungkin mengetahuinya ataupun tidak menhgetahuinya, tetapi tidak ada keadaan pikiran positif yang bisa dilukiskan sebagai pengetahuan yang salah tentang benda-benda,selama kita membatasi diri kita sendiri pada pengetahuan melalui pemahaman. Dalam bab ini, kita tidak bertanya kita bisa mengetahui apakah suatu keyakinan itu benar ataukah salah. Diharapkan bahwa sebuah jawaban yang jelas terhadap pertanyaan ini bisa membantu kita memperoleh sebuah jawaban terhadap pertanyaan keyakinan-keyakinan mana yang benar, tetapi untuk sekarang ini kita hanya bertanya apakah kebenaran itu? Dan apakah kesesatan itu? Bukannya keyakinan-keyakinan mana yang benar? Dan keyakinan-keyakinan manakah yang sesat? Sangat penting untuk memisahkan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda ini, karena kekacauan antara keduanya sudah pasti akan menghasilkan sebuah jawabn yang tidak dapat diterapkan pada salah satu pertanyaan-pertanyaan itu.
Terdapat tiga hal yang perlu diamati dalam usaha menemukan hakikat kebenaran, tiga syarat yang harus dipenuhi oleh setiap teori.
1.      Teori tentang kebenaran sudah pasti mengakui lawannya, yakni kesesatan. Banyak flsuf gagal memnuhi syarat ini; mereka telah membangun teori-teori yang menurut teori-teori ini, seluruh pemikiran kita sudah seharusnya benar, dan kemudian menjumpai kesulitan yang besar dalam menemukan sesuatu tempat bagi kesesatan. Dalam hal ini, teori tentang keyakinan harus berbeda dari teori kita tentang pemahaman, karena dalam hal pemahaman kita tidak perlu memperhatikan kebalikannya.
2.      Tampaknya cukup jelas bahwa jika tidak ada keykinan tidak ada kesalahan. Dan juga tidak ada kebenaran, dalam arti di mana kebenaran berkorelasi dengan kesesatan. Jika kita membayangkan sebuah dunia yang semata-matahanya materi, tidak akan ada tempat bagi kesesatan dalam dunia semacam itu, dan meskipun dunia ini berisi fakta-fakta, ia tidak akan berisi kebenaran dalam arti kebenaran sebagai jenis yang sama dengan kesesatan. Sesungguhnya, kebenaran dan kesesatan merupakan sifat dari keyakinan dan pertanyaan-pertanyaan, oleh karena itu sebuah dunia materi belaka, karena tidak berisi keyakian dan pernyataan, juga tidak akan berisi kebenaran atau kesesatan.
3.      Tetapi, sebagai lawan dari apa yang baru saja kita bicarakan, akan terlihat bahwa kebenaran atau kesesatan dari suatu keyakinan selalu bergantung kepada sesuatu yang terletak diluar keyakinan itu sendiri.
Oleh karena itu, meskipun kebenaran dan kesesatan merupakan sifat-sifat yang bergantung pada relasi antara keyakinan dan hal-hal lainnya, bukan bergantung pada kualitas internal keyakinan.

Hal ketiga dari syarat-syarat diatas mendorong kita untuk megapdosi pandangan yang secara keseluruhan merupakan pandangan paling umum dikalangan para filsuf bahwa kebenaran terdiri atas bentuk hubungan antara keyakinan dan fakta. Namun, tidak mudah untuk menemukan suatu bentuk hubungan yang tidak memiliki keberatan-keberatan yang tidak dapat dibantah. Sebagian karena ini dan sebagian karena perasaan bahwa, jika kebenaran terdapat dari suatu hubungan antara pemikiran dengan sesuatu diluar pemikiran, pemikiran tidak pernah dapat mengetahui kapan kebenaran dapat dicapai. Banyak filsuf terdorong untuk mendapatkan suatu definisi tentang kebenaran yang tidak akan terbentuk dalam kaitannya dengan sesuatu yang sepenuhnya berada diluar keykinan. Usaha paling penting untuk mendapatkan definisi ini adalah teori bahwa kebenaran terdapat dalam koherensi. Dikatakan bahwa tanda dari kesesatan adalah tidak adanya koherensi dalam keyakinan kita, dan merupakan esensi dari suatu kebenaran untuk membentuk bagian dari system yang benar-benar bulat yaitu kebenaran.
Dalam bidang filsafat, sekali lagi, tampaknya bukannya tidak umum bagi dua hipotesis yang bertentangan untuk menjelaskan semua fakta. Dengan demikian, sebagai contioh, mungkin saja kehidupan adalah suatu mimpi yang panjang, dan bahwa dunia luar hanya mempunyai realitas yang di miliki oleh objek-objek mimpi; tetapi meskipun pandangan seperti itu tampaknya konsisten dengan fakta-fakta yang di ketahui, tidak ada alasan untuk  melebihkannya di atas pandangan akal sehat, yang menurut pandangan itu orang atau benda-benda lain benar-benar ada. Dengan demikian, koherensi sebagai definisi dari kebenaran gagal karena tak ada bukti bahwa hanya ada satu yang bersifat koheren.


3. Atomisme Logic

Pada saat pemikiran filsafat di Inggris didominasi oleh tradisi-tradisi idealisme membuat Russell tergugah untuk memberikan tantangan terhadap tradisi yang dinilai konservatif. Ia menciptakan gagasan pemikiran filsafat yang berbeda dengan pemikir yang lain, yakni atomisme logis. Melalui konsep ini ia telah dinilai berhasil mensintesakan pemikiran para filosof sebelumnya.
 Atomisme logis merupakan sebuah ajaran yang menyatakan bahwa semua entitas bersifat kompleks yang hanya dapat dianalisis melalui nama- nama yang secara logika tepat dan berupa keadaan partikular-partikular.20 Menurutnya, bahwa dunia memuat berbagai fakta yang sesuai dengan wujudnya tersendiri seperti yang terpikir oleh akal. Dalam teorinya terlihat jelas bahwa Russell termasuk ke dalam golongan empirisme. Atomisme logis Russell telah berhasil memberikan sebuah konsepsi logis mengenai realitas yang terjadi sehari-hari.
Pemikirannya merupakan sebuah reaksi terhadap para Hegelian Inggris yang dinilainya sebagai sebuah pemahaman yang salah mengenai realitas. Idealisme Hegel dikatakannya sebagai sebuah ajaran yang tidak perlu untuk dikaji karena dalam sistem ajarannya Hegel menyatakan bahwa realitas adalah satu dan realitas seluruhnya berupa pikiran. Misalnya, ketika seseorang melihat orang lain kelaparan, maka selamanya orang tersebut akan tetap merasa lapar apabila tidak diberikan makanan untuknya. Ini persis seperti apa yang telah diajarkan oleh Hegel, maka ketika melihat orang kelaparan akan bisa merasakan kenyang dengan dikatakan kepadanya “makan, makan, dan makan”. Akan tetapi, pada kenyataannya manusia lapar tidak membutuhkan kata-kata seperti itu melainkan mereka butuh pada makanan.
Pemikiran Russell merupakan pertukaran gagasan G.E. Moore, yang mengemukakan konsep filsafat analitik bahasa, yaitu teman seperjuangan dengannya. Rusell dan Moore memiliki gagasan bahwa seorang filosof mempunyai tugas untuk menganalisis proposisi-proposisi kebahasaan, yaitu: suatu pemikiran yang dinyatakan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar tidaknya kalimat tersebut.21 Meskipun mereka berdua memiliki persamaan, namun mereka memiliki perbedaan yang mendasar. Yaitu Moore, menggunakan analisa berdasarkan commonsence. Moore beranggapan bahwa bahasa alamiah yang digunakan sehari-hari dinilai telah memadai dalam filsafat. Sedangkan Rusell mengatakan bahwa bahasa sehari-hari tidak cukup memadai dalam filsafat karena menurutnya bahasa sehari-hari sering kali memilki makna dasar yang ambigu sesuai dengan konteks yang terjadi. Atas dasar inilah maka Rusell menciptakan pemikrannya melalui bahasa yang berdasarkan formulasi logika.
Dalam hal ini Rusell ingin mewujudkan realitas yang akurat yang sesuai dengan fakta berdasarkan formulasi logika. Namun ia juga mengakui bahwa untuk dapat mengimplementasikan bahasa logis itu banyak terpengaruh oleh logika Gothlob Frege. Secara mendasar Russell mengemukakan alasan sebagai dasar pemikirannya adalah;
1.      Logika Frege yang baru itu hanya cocok diterapkan pada ilmu itu hitung (aritmatika), tidak untuk diterapkan pada cabang matematika yang lain.
2.       Premis Frege tidak dapat meniadakan berbagai kontradiksi yang terdapat dalam sistem logika formal tradisional.
Dengan teori atomisme bahasa ini, Russell menawarkan dasar-dasar logico-epistemologik untuk bahasa, artinya Russell mengetengahkan antara fakta, logika formal dan bahasa ideal. Dengan ini Russell sebenarnya hendak menyatakan bahwa antara fakta dan bahasa harus sepadan, bahasa digunakan sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Fakta-fakta ini dijelaskan olehnya bahwa fakta bukanlah benda-benda melainkan adalah totalitas keberadaan indera dalam mempersepsikan. Baginya realitas sesungguhnya merupakan totalitas fakta-fakta yang terbagi menjadi dua yaitu fakta universalia (kesadaran akan alam semesta) dan fakta partikular (benda-benda).
Russell mengemukakan teori kebahasaan yang di era post-Modern ini dinilai sangat berharga dalam perkembangan filsafat, yakni bahwa antara fakta dan bahasa memiliki unsur isomorphisme yaitu semacam kesetaraan antara realitas atau fakta dengan bahasa yang diungkapkan. Akan tetapi, realitas yang dimaksud Russell tidak hanya terarah kepada fenomena empirik melainkan merupakan ke-periada-an sifat universal.[5]



BAB IV
KESIMPULAN
3 unsur penting dalam pandangan ilmiah abad ke 18 dalam dampak ilmu pengetahuan di dalam Tradisi:
1.    Pernyataan tentang fakta harus di dasarkan pada pengamatan, bukannya pada otoritas yang tak berdasar.
2.    Dunia nirnyawa adalah system yang hidup dan bertindak sendiri, dimana semua perubahan yang terjadi tunduk pada hukum alam.
3.    Bumi bukanlah pusat semesta, kemungkinan besar manusia bukanlah tujuannya (jika ada), lagi pula “tujuan” adalah sebuah konsep yang secara ilmiah tidak berguna.

Terdapat tiga hal yang perlu diamati dalam usaha menemukan hakikat kebenaran, tiga syarat yang harus dipenuhi oleh setiap teori, yaitu:
1.    Teori tentang kebenaran sudah pasti mengakui lawannya, yakni kesesatan.
2.    Tidak ada keykinan tidak ada kesalahan. Dan juga tidak ada kebenaran, dalam arti di mana kebenaran berkorelasi dengan kesesatan.
3.    Kebenaran atau kesesatan dari suatu keyakinan selalu bergantung kepada sesuatu yang terletak diluar keyakinan itu sendiri.

Russell mengemukakan alasan sebagai dasar pemikirannya dalam atomisme logic yaitu;
1.    Logika Frege yang baru itu hanya cocok diterapkan pada ilmu itu hitung (aritmatika), tidak untuk diterapkan pada cabang matematika yang lain.
2.     Premis Frege tidak dapat meniadakan berbagai kontradiksi yang terdapat dalam sistem logika formal tradisional.











DAFTAR PUSTAKA

Irwanto,Hryono.Imam.Robert.1992.Dampak ilmu pengetahuan atas masyarakat Bertrand Russel.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Asnawi.Ahmad.2002.The peroblems Of Philosophy.Yogyakarta: Ikon Talitera
Heri Winarno.Basuki.2002.Berpikir Ala Filsuf.Yogyakarta: Ikon Talitera
Diane Collingson2001 Fifty Major Philosoper terj. Ali Mufty dan Ilzamuddin, Lima Puluh Filosof Dunia yang Mempengaruhi.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Mundiri.Logika.2011.Jakarta: Rajawali Press




[1] Bertrand Russel, Berpikir ala filsuf (Yogyakarta:2002) hlm 1
[2] Bertrand Russel, Berpikir ala filsuf, (Yogyakarta:2002) hlm 6-7
[3] Filsafat analitik kritik epistimologi ide analitik logis Bertrand russel
[4] Bertrand Russel, dampak ilmu pengetahuan atas masyarakat, (Jakarta:1992) hlm 1-2
[5] 20 Diane Collingson, Fifty Major Philosoper, terj. Ali Mufty dan Ilzamuddin, Lima Puluh Filosof Dunia yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), 197.

Posting Komentar

0 Komentar