”PEMIKIRAN ILMU PENGETAHUAN SEPUTAR
FILSAFAT
MENURUT BERTRAND RUSSEL”
Mari
kita awali beberapa kata tentang apa yang di maksud dengan filsafat. Filsafat
bukanlah ilmu pasti seperti ilmu alam, namun juga bukan kepercayaan yang tak
berdasar. Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah keduanya:
mungkin iya disebut sebagai seni perkiraan rasional. Filsafat mengatakan pada
kita, apa yang harus kita lakukan saat kita ingin menemukan apa yang mungkin
benar atau yang paling mungkin benar, dan dimana kita bias mengetahui dengan
pasti apa yang benar.
Hal pertama yang perlu di sadari jika anda ingin menjadi
seorang filsuf adalah bahwa sebagian besar manusia menjalani kehidupan dengan
membawa setumpuk keyakinan yang tidak memiliki pembenaran rasional, dan bahwa
keyakinan-keyakinan ini sering tidak sejalan dengan keyakinan orang lain. Jika
anda berusaha menjadi seorang filsuf, anda harus berusaha sejauh yang anda bisa
untuk menghapuskan keyakinan-keyakinan yang hanya bergantung pada ruang dan
waktu dari pendidikan anda dan juga dari apa yang dikatakan oleh orang tua dan
guru anda[1].
Makalah ini di susun terdiri dari 3 pokok pembahasan
masalah:
1.
Mengungkap ilmu pengetahuan di dalam
tradisi
2.
Kebenaran dan kesesatan
3.
Pemikiran Bertrand russel tentang
atomisme logic
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering menganggap banyak hal sebagai sesuatu yang
pasti, padahal setelah di periksa dengan cermat ternyata penuh dengan
kontradiksi dan hanya dengan pemikiran yang suntuk kita mampu mengetahui apakah
halt itu sesungguhnya, sehingga kita benar-benar dapat mempercayainya. Dalam
pencarian untuk mendapatkan suatu kepastian wajar jika kita memulai dari
pengalaman kita sekarang ini dan dalam beberapa hal tidak diragukan lagi bahwa
pengetahuan kita berasal dari pengalaman-pengalaman tersebut.
Seorang
calon filsuf perlu bertanya pada diri sendiri jenis pengetahuan apa yang
memiliki kemungkinan terkecil untuk di pertanyakan dan mengapa. Dalam mengawali
pendidikannya ia mungkin mengasumsikan bahwa jenis-jenis pengetahuan yang
paling pasti adalah pengetahuan yang jarang di perdebatkan
Dalam
kaitannya dengan hasil hal penting pertama bagi seorang filsuf adalah sejarah
semesta masa lalu dan masa mendatang. Masa lalu dan masa mendatang memang hanya
merupakan terkan belaka, namun bagian tengahnya terdapat satu garis panjang yang
tidak banyak diragukan. [2]
BIOGRAFI
Bertrand Athur William Russell (1872-1970) adalah dari
keluarga bangsawan Inggris Lord dan Lady Amberley. Pada usia 2 tahun dan 4
tahun, berturut-turut ayah dan ibunya meninggal dunia, sehingga masa kecilnya
dibesarkan oleh kakeknya yang bernama Lord John Bertrand Russell. Menurut
riwayatnya, masa kecil Russell dilewatinya dalam suasana yang tidak
membahagiakan. Walau neneknya berkecukupan dalam harta, tetapi mendidiknya
dengan keras dan rigit dalam mendisiplinkan anak-anak. Pendidikan awalnya
adalah pendidikan privat dengan mendatang guru asuh dari Swiss dan Jerman.2
Pada usia 18 tahun, tepat tahun 1890 ia pergi ke Cambridge untuk belajar
matematika. Namun pada tahun ke empat kuliahnya ia beralih ke bidang filsafat
di bawah bimbingan gurunya Henry Sidgwich, James Ward dan GF Stout, MC. Taggart
dan Bradley.
Pada saat ini, Bertrand Russell menjadi pengikut paham Hegelian.3 Pada tahun 1894, Bertrand Russell bertugas sebagai atase honorer di kedutaan Inggris di Paris. Pada tahun 1895, ia pun bertekun mempelajari matematika dan demokrasi sosial Jerman, sehingga satu tahun kemudian terbit bukunya yang berjudul German Social Democracy. 4 Kebanyakan karya awal Bertrand Russell terfokus membicarakan persoalan matematika dan logika. Pada saat ini, Bertrand Russell terpengaruh oleh pemikiran Immanuel Kant dan Hegel. Namun pada tahun 1898, Bertrand Russell justru memberi serangan tajamnya pada filsafat idealisme absolut yang dominan di Inggris. Moore telah menjadikan Bertrand Russell meningggalkan paham Hegelian dan Neo Idealisme dan selanjutnya menekuni bidang matematika dan logika yang kemudian bersama Whitehead berusaha mengembangkan bidang ini.6 Antara tahun 1910 dan 1916 Berrand Russell mengajar di Universitas Cambridge.
Bertrand Russell tidak hanya dikenal di wilayah Inggris dan dan Eropah daratan, tetapi sampai ke negeri Cina berkat tugasnya sebagai guru besar di negeri ini antara 1930- 1931. Sejak tahun 1930-an, Berrand Russell tertarik membicarakan persoalan pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Pada tahun 1950, Bertrand Russell menerima hadiah nobel di bidang kesusastraan.7 Selama hidupnya, Bertrand Russell sangat banyak menulis tentangt berbagai persoalan seperti filsafat, moral, pendidikan, sejarah, agama dan politik. Bukunya dalam bidang sosial seperti, Marrige and Morals, london 1929, On Education, Especially in Early Chilhood, London 1926, Educatin and Social Order, London 1932. dalam bidang fisafat dapat dilihat umpamanya The Philosophy of Parcifism, 1916; The Analysis of Mind, 1921; The Analysis of Matter 1927; dan History of Western Philosophy, 1945. dan pada tahun 1950, ia menerima hadiah Nobel bidang sastra.[3]
Pada saat ini, Bertrand Russell menjadi pengikut paham Hegelian.3 Pada tahun 1894, Bertrand Russell bertugas sebagai atase honorer di kedutaan Inggris di Paris. Pada tahun 1895, ia pun bertekun mempelajari matematika dan demokrasi sosial Jerman, sehingga satu tahun kemudian terbit bukunya yang berjudul German Social Democracy. 4 Kebanyakan karya awal Bertrand Russell terfokus membicarakan persoalan matematika dan logika. Pada saat ini, Bertrand Russell terpengaruh oleh pemikiran Immanuel Kant dan Hegel. Namun pada tahun 1898, Bertrand Russell justru memberi serangan tajamnya pada filsafat idealisme absolut yang dominan di Inggris. Moore telah menjadikan Bertrand Russell meningggalkan paham Hegelian dan Neo Idealisme dan selanjutnya menekuni bidang matematika dan logika yang kemudian bersama Whitehead berusaha mengembangkan bidang ini.6 Antara tahun 1910 dan 1916 Berrand Russell mengajar di Universitas Cambridge.
Bertrand Russell tidak hanya dikenal di wilayah Inggris dan dan Eropah daratan, tetapi sampai ke negeri Cina berkat tugasnya sebagai guru besar di negeri ini antara 1930- 1931. Sejak tahun 1930-an, Berrand Russell tertarik membicarakan persoalan pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Pada tahun 1950, Bertrand Russell menerima hadiah nobel di bidang kesusastraan.7 Selama hidupnya, Bertrand Russell sangat banyak menulis tentangt berbagai persoalan seperti filsafat, moral, pendidikan, sejarah, agama dan politik. Bukunya dalam bidang sosial seperti, Marrige and Morals, london 1929, On Education, Especially in Early Chilhood, London 1926, Educatin and Social Order, London 1932. dalam bidang fisafat dapat dilihat umpamanya The Philosophy of Parcifism, 1916; The Analysis of Mind, 1921; The Analysis of Matter 1927; dan History of Western Philosophy, 1945. dan pada tahun 1950, ia menerima hadiah Nobel bidang sastra.[3]
BAB
III
Pembahasan
1. Dampak Ilmu Pengetahuan Di Dalam Tradisi
Akibat ilmu pengetahuan amat sangat
beragam. Ada dampak intelektual langsung yaitu di tanggalkannya banyak
kepercayaan tradisional dan dikenakannya cara-cara yang di tawarkan oleh
keberhasilan metode ilmiah. Selain itu ada akibat pada tekhnik di bidang
industry dan perang. Selanjutnya terutama sebagai akibat timbulnya berbagai
teknik baru, terjadi perubahan-perubahan mendalam pada organisasi social yang
lambat laun membawa perubahan politik.
Penelitian antropologi membuat kita
sangat sadar akan banyaknya kepercayaan tak berdasar yang memperngaruhi
kehidupan masyarakat belum beradab. Penyakit dianggap berkaitan dengan
sihir,gagal panen di anggap karena dewa marah atau ulah setan yang jahat.
Gerhana dan komet di anggap sebagai pertanda datangnya malapetaka. [4]
Baru pada zaman raja Charles II
penolakan terhadap tahayyul menjadi umum di antara kaum terpelajar raja Charles
II ilmu pengetahuan dapat menjadi mitra nya untuk melawan kaum fanatik, sebutan
bagi mereka yang tidak menyenangi Cromwell. Ia mendirikan royal society dan
mempopulerkan ilmu pengetahuan. Pencerahan mulai tersebar dari lingkungan
kerajaan. Pada masa itulah kepercayaan terhadap ilmu sihir di pandang sebagai
tahayyul. Karya Shakespeare, machbeth merupakan propaganda pemerintah, dan
tidak di ragukan lagi bahwa drama itu lebih terima sebagai pujian yang menjilat
terhadap raja di masukkannya tukang sihir di dalamnya.
Kemenangan manusia dan akal sehat dalam
hal ini hampir seluruhnya disebabkan oleh tersebarnya pandangan ilmiah bukan
karena sebab tertentu yang sudah pasti, tetapi karena kemusykilan seluruh cara
berfikir yang sebelumnya zaman rasionalisme, yang di mulai pada masa raja
Charles II, merupakan hal yang lumrah.
Dari karya-karya orang besar abad ke 17
berkembanglah pandangan dunia yang baru dan pandangan inilah, bukan sebab
lainnya yang menghancurkan kepercayaan terhadap firasat, ilmu sihir, kerasukan
syetan dan lain lain. Saya kira ada 3 unsur yang amat penting dalam pandangan
ilmiah abad ke 18
1. Pernyataan
tentang fakta harus di dasarkan pada pengamatan, bukannya pada otoritas yang
tak berdasar.
2. Dunia
nirnyawa adalah system yang hidup dan bertindak sendiri, dimana semua perubahan
yang terjadi tunduk pada hukum alam.
3. Bumi
bukanlah pusat semesta, kemungkinan besar manusia bukanlah tujuannya (jika
ada), lagi pula “tujuan” adalah sebuah konsep yang secara ilmiah tidak berguna.
Ketiga unsur di atas membentuk apa yang
dinamakan pandangan mekanistik yang di kutuk oleh para imam. Ada hal-hal yang
harus di jelaskan tentang masing-masing unsur dari pandangan mekanistik
tersebut.
(A) Pengamatan
lawan otoritas
Bagi kaum terpelajar modern memang cukup
jelas bahwa fakta harus di pastikan dengan pengamatan, bukannya dengan meminta
pendapat orang yang dulunya di anggap punya otoritas. Tetapi ini suatu konsep
modern, yang hamper tidak ada pada abad sebelum ke 17. Kebanyakan kita masih
percaya akan banyak hal yang sebenarnya tidak peunya dasar lain dari nenek
moyang kita.
Beberapa hal dipercaya begitu saja
semata-mata karena orang merasa pastilah hal itu benar. Dalam kasus seperti ini
diperlukan bukti yang sungguh-sungguh kuat untuk menghancurkan kepercayaan itu.
Keadaan ini juga ada sehubungan dengan pewarisan watak manusia. Ada dorongan
begitu kuat untuk mempercayai hal itu sehingga ahli biologi sangat sulit untuk
meyakinkan orang bahwa anggapan orang itu salah.
Menghargai pengamatan, sebagai lawan
tradisi, adalah sesuatu yang sulit dan orang hamour berpendapat bahwa hal itu
bertentangan dengan kodrat manusia. Tuntutan inilah yang menjadi sumber
pertentangan tak berkesudahan antara ilmu pengetahuan dengan otoritas.
(2) otonomi dunia fisik
Barangkali, yang paling ampuh menghapus
pandangan para ilmiah adalah hukum gerak yang kita peroleh dari galileo,
kendati sampai tingkat tertentu ia didahului oleh Leonardo Davinci.
(3) disingkirkannya konsep “tujuan”
Aristoteles berpendapat ada empat macam
sebab, sedang ilmu pengetahuan modern hanya mengakui satu dari keempatnya. Dua
dari keempat sebab yang disebut aristoteles tidak perlu kita hiraukan yang
perlu kita perhatikan adalah sebab efisien dan sebab final.
Ambiguitas dalam kata “mengapa”-lah yang
membuat aristoteles membedakan sebab efisien dari sebab final. Ia beranggapan
dan masih banyak orang berfikir demikian bahwa kedua sebab tersebut harus dapat
ditemukan dimana saja.
(4) tempat manusia dalam alam semesta
Ada dua dampak ilmu pengetahuan yang
saling bertentangan terhadap pandangan kita tentang tempat manusia dalam alam
semesta, yang satu merendahkan manusia,
sedangkan yang lain memuliakannya. Dampak itu merendahkan manusia dari titik
kontemplasi, dan meninggikan manusia dari titik tindakan.
2. KEBENARAN DAN KESESATAN
Pengetahuan
kita tentang kebenaran, tidak seperti pengetahuan tentang benda-benda, memiliki
kebalikannya, yakni kesesatan. Sejauh menyangkut benda-bennda, kita mungkin
mengetahuinya ataupun tidak menhgetahuinya, tetapi tidak ada keadaan pikiran
positif yang bisa dilukiskan sebagai pengetahuan yang salah tentang
benda-benda,selama kita membatasi diri kita sendiri pada pengetahuan melalui
pemahaman. Dalam bab ini, kita tidak bertanya kita bisa mengetahui apakah suatu
keyakinan itu benar ataukah salah. Diharapkan bahwa sebuah jawaban yang jelas
terhadap pertanyaan ini bisa membantu kita memperoleh sebuah jawaban terhadap
pertanyaan keyakinan-keyakinan mana yang benar, tetapi untuk sekarang ini kita
hanya bertanya apakah kebenaran itu? Dan apakah kesesatan itu? Bukannya
keyakinan-keyakinan mana yang benar? Dan keyakinan-keyakinan manakah yang
sesat? Sangat penting untuk memisahkan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda ini,
karena kekacauan antara keduanya sudah pasti akan menghasilkan sebuah jawabn
yang tidak dapat diterapkan pada salah satu pertanyaan-pertanyaan itu.
Terdapat
tiga hal yang perlu diamati dalam usaha menemukan hakikat kebenaran, tiga
syarat yang harus dipenuhi oleh setiap teori.
1. Teori
tentang kebenaran sudah pasti mengakui lawannya, yakni kesesatan. Banyak flsuf
gagal memnuhi syarat ini; mereka telah membangun teori-teori yang menurut
teori-teori ini, seluruh pemikiran kita sudah seharusnya benar, dan kemudian
menjumpai kesulitan yang besar dalam menemukan sesuatu tempat bagi kesesatan.
Dalam hal ini, teori tentang keyakinan harus berbeda dari teori kita tentang
pemahaman, karena dalam hal pemahaman kita tidak perlu memperhatikan
kebalikannya.
2. Tampaknya
cukup jelas bahwa jika tidak ada keykinan tidak ada kesalahan. Dan juga tidak
ada kebenaran, dalam arti di mana kebenaran berkorelasi dengan kesesatan. Jika
kita membayangkan sebuah dunia yang semata-matahanya materi, tidak akan ada
tempat bagi kesesatan dalam dunia semacam itu, dan meskipun dunia ini berisi
fakta-fakta, ia tidak akan berisi kebenaran dalam arti kebenaran sebagai jenis
yang sama dengan kesesatan. Sesungguhnya, kebenaran dan kesesatan merupakan
sifat dari keyakinan dan pertanyaan-pertanyaan, oleh karena itu sebuah dunia
materi belaka, karena tidak berisi keyakian dan pernyataan, juga tidak akan
berisi kebenaran atau kesesatan.
3. Tetapi,
sebagai lawan dari apa yang baru saja kita bicarakan, akan terlihat bahwa kebenaran
atau kesesatan dari suatu keyakinan selalu bergantung kepada sesuatu yang
terletak diluar keyakinan itu sendiri.
Oleh karena itu, meskipun kebenaran dan
kesesatan merupakan sifat-sifat yang bergantung pada relasi antara keyakinan
dan hal-hal lainnya, bukan bergantung pada kualitas internal keyakinan.
Hal ketiga dari
syarat-syarat diatas mendorong kita untuk megapdosi pandangan yang secara
keseluruhan merupakan pandangan paling umum dikalangan para filsuf bahwa
kebenaran terdiri atas bentuk hubungan antara keyakinan dan fakta. Namun, tidak
mudah untuk menemukan suatu bentuk hubungan yang tidak memiliki
keberatan-keberatan yang tidak dapat dibantah. Sebagian karena ini dan sebagian
karena perasaan bahwa, jika kebenaran terdapat dari suatu hubungan antara
pemikiran dengan sesuatu diluar pemikiran, pemikiran tidak pernah dapat
mengetahui kapan kebenaran dapat dicapai. Banyak filsuf terdorong untuk
mendapatkan suatu definisi tentang kebenaran yang tidak akan terbentuk dalam
kaitannya dengan sesuatu yang sepenuhnya berada diluar keykinan. Usaha paling
penting untuk mendapatkan definisi ini adalah teori bahwa kebenaran terdapat
dalam koherensi. Dikatakan bahwa tanda dari kesesatan adalah tidak adanya
koherensi dalam keyakinan kita, dan merupakan esensi dari suatu kebenaran untuk
membentuk bagian dari system yang benar-benar bulat yaitu kebenaran.
Dalam bidang filsafat,
sekali lagi, tampaknya bukannya tidak umum bagi dua hipotesis yang bertentangan
untuk menjelaskan semua fakta. Dengan demikian, sebagai contioh, mungkin saja
kehidupan adalah suatu mimpi yang panjang, dan bahwa dunia luar hanya mempunyai
realitas yang di miliki oleh objek-objek mimpi; tetapi meskipun pandangan
seperti itu tampaknya konsisten dengan fakta-fakta yang di ketahui, tidak ada
alasan untuk melebihkannya di atas
pandangan akal sehat, yang menurut pandangan itu orang atau benda-benda lain
benar-benar ada. Dengan demikian, koherensi sebagai definisi dari kebenaran gagal
karena tak ada bukti bahwa hanya ada satu yang bersifat koheren.
3.
Atomisme Logic
Pada saat pemikiran filsafat di Inggris didominasi oleh tradisi-tradisi idealisme membuat Russell tergugah untuk memberikan tantangan terhadap tradisi yang dinilai konservatif. Ia menciptakan gagasan pemikiran filsafat yang berbeda dengan pemikir yang lain, yakni atomisme logis. Melalui konsep ini ia telah dinilai berhasil mensintesakan pemikiran para filosof sebelumnya.
Atomisme logis merupakan sebuah ajaran yang
menyatakan bahwa semua entitas bersifat kompleks yang hanya dapat dianalisis
melalui nama- nama yang secara logika tepat dan berupa keadaan
partikular-partikular.20 Menurutnya, bahwa dunia memuat berbagai fakta yang
sesuai dengan wujudnya tersendiri seperti yang terpikir oleh akal. Dalam teorinya
terlihat jelas bahwa Russell termasuk ke dalam golongan empirisme. Atomisme
logis Russell telah berhasil memberikan sebuah konsepsi logis mengenai realitas
yang terjadi sehari-hari.
Pemikirannya merupakan
sebuah reaksi terhadap para Hegelian Inggris yang dinilainya sebagai sebuah
pemahaman yang salah mengenai realitas. Idealisme Hegel dikatakannya sebagai
sebuah ajaran yang tidak perlu untuk dikaji karena dalam sistem ajarannya Hegel
menyatakan bahwa realitas adalah satu dan realitas seluruhnya berupa pikiran.
Misalnya, ketika seseorang melihat orang lain kelaparan, maka selamanya orang
tersebut akan tetap merasa lapar apabila tidak diberikan makanan untuknya. Ini
persis seperti apa yang telah diajarkan oleh Hegel, maka ketika melihat orang
kelaparan akan bisa merasakan kenyang dengan dikatakan kepadanya “makan, makan,
dan makan”. Akan tetapi, pada kenyataannya manusia lapar tidak membutuhkan
kata-kata seperti itu melainkan mereka butuh pada makanan.
Pemikiran Russell
merupakan pertukaran gagasan G.E. Moore, yang mengemukakan konsep filsafat
analitik bahasa, yaitu teman seperjuangan dengannya. Rusell dan Moore memiliki
gagasan bahwa seorang filosof mempunyai tugas untuk menganalisis
proposisi-proposisi kebahasaan, yaitu: suatu pemikiran yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat yang dapat dinilai benar tidaknya kalimat tersebut.21 Meskipun
mereka berdua memiliki persamaan, namun mereka memiliki perbedaan yang
mendasar. Yaitu Moore, menggunakan analisa berdasarkan commonsence. Moore
beranggapan bahwa bahasa alamiah yang digunakan sehari-hari dinilai telah
memadai dalam filsafat. Sedangkan Rusell mengatakan bahwa bahasa sehari-hari
tidak cukup memadai dalam filsafat karena menurutnya bahasa sehari-hari sering
kali memilki makna dasar yang ambigu sesuai dengan konteks yang terjadi. Atas
dasar inilah maka Rusell menciptakan pemikrannya melalui bahasa yang
berdasarkan formulasi logika.
Dalam hal ini Rusell
ingin mewujudkan realitas yang akurat yang sesuai dengan fakta berdasarkan
formulasi logika. Namun ia juga mengakui bahwa untuk dapat mengimplementasikan
bahasa logis itu banyak terpengaruh oleh logika Gothlob Frege. Secara mendasar
Russell mengemukakan alasan sebagai dasar pemikirannya adalah;
1. Logika
Frege yang baru itu hanya cocok diterapkan pada ilmu itu hitung (aritmatika),
tidak untuk diterapkan pada cabang matematika yang lain.
2. Premis Frege tidak dapat meniadakan berbagai
kontradiksi yang terdapat dalam sistem logika formal tradisional.
Dengan teori atomisme
bahasa ini, Russell menawarkan dasar-dasar logico-epistemologik untuk bahasa,
artinya Russell mengetengahkan antara fakta, logika formal dan bahasa ideal.
Dengan ini Russell sebenarnya hendak menyatakan bahwa antara fakta dan bahasa
harus sepadan, bahasa digunakan sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Fakta-fakta
ini dijelaskan olehnya bahwa fakta bukanlah benda-benda melainkan adalah
totalitas keberadaan indera dalam mempersepsikan. Baginya realitas sesungguhnya
merupakan totalitas fakta-fakta yang terbagi menjadi dua yaitu fakta
universalia (kesadaran akan alam semesta) dan fakta partikular (benda-benda).
Russell mengemukakan
teori kebahasaan yang di era post-Modern ini dinilai sangat berharga dalam
perkembangan filsafat, yakni bahwa antara fakta dan bahasa memiliki unsur
isomorphisme yaitu semacam kesetaraan antara realitas atau fakta dengan bahasa
yang diungkapkan. Akan tetapi, realitas yang dimaksud Russell tidak hanya
terarah kepada fenomena empirik melainkan merupakan ke-periada-an sifat
universal.[5]
BAB
IV
KESIMPULAN
3
unsur penting dalam pandangan ilmiah abad ke 18 dalam dampak ilmu pengetahuan
di dalam Tradisi:
1. Pernyataan
tentang fakta harus di dasarkan pada pengamatan, bukannya pada otoritas yang
tak berdasar.
2. Dunia
nirnyawa adalah system yang hidup dan bertindak sendiri, dimana semua perubahan
yang terjadi tunduk pada hukum alam.
3. Bumi
bukanlah pusat semesta, kemungkinan besar manusia bukanlah tujuannya (jika
ada), lagi pula “tujuan” adalah sebuah konsep yang secara ilmiah tidak berguna.
Terdapat tiga hal yang perlu diamati
dalam usaha menemukan hakikat kebenaran, tiga syarat yang harus dipenuhi oleh
setiap teori, yaitu:
1. Teori
tentang kebenaran sudah pasti mengakui lawannya, yakni kesesatan.
2. Tidak
ada keykinan tidak ada kesalahan. Dan juga tidak ada kebenaran, dalam arti di
mana kebenaran berkorelasi dengan kesesatan.
3. Kebenaran
atau kesesatan dari suatu keyakinan selalu bergantung kepada sesuatu yang
terletak diluar keyakinan itu sendiri.
Russell mengemukakan
alasan sebagai dasar pemikirannya dalam atomisme logic yaitu;
1. Logika
Frege yang baru itu hanya cocok diterapkan pada ilmu itu hitung (aritmatika),
tidak untuk diterapkan pada cabang matematika yang lain.
2. Premis Frege tidak dapat meniadakan berbagai
kontradiksi yang terdapat dalam sistem logika formal tradisional.
DAFTAR
PUSTAKA
Irwanto,Hryono.Imam.Robert.1992.Dampak ilmu
pengetahuan atas masyarakat Bertrand Russel.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Asnawi.Ahmad.2002.The peroblems Of
Philosophy.Yogyakarta: Ikon Talitera
Heri Winarno.Basuki.2002.Berpikir Ala
Filsuf.Yogyakarta: Ikon Talitera
Diane Collingson2001 Fifty Major Philosoper terj.
Ali Mufty dan Ilzamuddin, Lima Puluh Filosof Dunia yang Mempengaruhi.Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Mundiri.Logika.2011.Jakarta: Rajawali Press
[1] Bertrand
Russel, Berpikir ala filsuf
(Yogyakarta:2002) hlm 1
[2]
Bertrand Russel, Berpikir ala filsuf, (Yogyakarta:2002)
hlm 6-7
[3]
Filsafat analitik kritik epistimologi ide analitik logis Bertrand russel
[4]
Bertrand Russel, dampak ilmu pengetahuan
atas masyarakat, (Jakarta:1992) hlm 1-2
[5] 20
Diane Collingson, Fifty Major Philosoper, terj. Ali Mufty dan Ilzamuddin, Lima
Puluh Filosof Dunia yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2001), 197.

0 Komentar