Pada awalnya memang seperti kebiasaan mahasiswa pada umumnya, mulai dari sibuk dengan urusan organisasi yang masih aku geluti hingga rutinitas berdiskusi dalam ruang-ruang kecil warung kopi.
Tapi, kebiasaanku mulai agak berubah ketika aku harus ikut menjadi salah satu panitia dalam sebuah kegiatan. Kegiatan kampus yang pasti diadakan setiap tahunnya, ya benar sekali, Pemilihan Umum Mahasiswa.
Aku dimintai tolong oleh sahabatku yang mempunyai keinginan berkontestasi dalam ruang lingkup kampus. Sembari belajar politik, setidaknya aku pribadi belajar banyak hal dalam kegiatan tersebut.
Pada awalnya semua berjalan dengan lancar, semua perwakilan dari setiap fakultas menjalankan tugasnya masing-masing sesuai tupoksinya (tugas, pokok dan fungsi). Dan aku ditunjuk menjadi bendahara dalam event tersebut.
Semua berjalan dengan semestinya, lalu ada beberapa kendala yang mengharuskanku untuk tidak tinggal diam. Benar sekali! Inilah politik, pemahaman politik yang kita dapat dalam buku maupun jurnal bisa dengan mudah hilang dalam sekejap mata.
Bukan karena kita tak faham atas bacaan yang telah kita konsumsi, melainkan karena kepentingan yang tak bisa dielakkan lagi. Terlepas kita sudah pernah khatam buku setebal "politic" milik aristoteles. Tak menjadi dasar kita akan bisa sepenuhnya tau arti politik sebenarnya.
Ya, entah aku yang menjadi korban atau bahkan pelaku dalam hal ini, yang pasti aku ikut tercebur dalam politik praktis yang sangat dalam. Sampai-sampai sahabat yang dulu bisa dengan mudah bersapa ria denganku bisa berubah 360 derajat menjadi orang yang paling melawanku.
Politik tak lebih dari KEPENTINGAN, itu adalah kesimpulan awalku saat menghadapi masalah ini. Tapi aku selalu ragu, sebab tokoh sekaliber Gus Dur mengatakan bahwa "tidak ada yang lebih penting dari politik selain kemanusiaan".
Beruntungnya aku bisa menghadapi semua pergolakan yang aku lalui kemarin bersama sahabat yang selalu teguh pada pendirian dan konsisten pada niat awal. Walaupun harus bergesakan dengan satu dua kawan, fikirku itu tak apa. Toh nanti pasti akan ada yang namanya REKONSILIASI jika memang masih ada i'tikad baik dari pihak lawan politik maupun dari pihakku sendiri.
Aku hanya tak kuasa dengan semua ini. Sebab, baru kali ini aku baru benar-benar merasa muak dengan urusan politik. Untungnya ini bukan sepenuhnya ambisi pribadi, walaupun aku harus menerima bahwa namaku akan tercemar di beberapa kawan, setidaknya semua telah usai.
Dalam hal ini, aku tak ingin berbangga atau bahkan menyombongkan diri sendiri. Sebab tak akan ada habisnya ketika aku atau kamu membicarakan dan berurusan tentang kata POLITIK. Semua akan kembali pada pemahaman pribadi, toh memang dalam kehidupan nyata maupun ruang lingkup kampus kita dituntut untuk bisa belajar banyak hal.
Dan salah satunya adalah berpolitik, sebab banyak orang mengatakan bahwa "kampus adalah miniatur negara" yang artinya kita harus belajar banyak dalam kampus, sebelum benar-benar menghadapi keruhnya kehidupan diluar dengan adanya politik.
0 Komentar