Perjalanan ini dimulai dari wacana kegabutanku dan beberapa sahabat yang berkumpul di satu tempat yaitu musholla Al-Amin yang berada di daerah ngaliyan kota Semarang. Aku dan 3 sahabat karib (agung, mas mbut dan gus maten) bertekad untuk berangkat mendaki gunung sumbing (padahal aslinya sudah di rencanakan sebelum lebaran kemarin). Tanpa banyak omong kami bergegas mempersiapkan semua perlengkapan pendakian pada jumat malam selepas ngobrol, dari mulai tenda hingga barang-barang yang perlu dibawa saat pendakian.
Sabtu pagi sekitar pukul 07.00 wib kami benar-benar siap berangkat menuju lokasi basecamp via kali angkrik yang terkenal dengan julukan Nepal Van Java, perkiraan jarak tempuh kami sekitar 56 km dari semarang hingga magelang. Tapi tak semulus yang kami kira, ternyata kami harus berhenti di magelang terlebih dahulu untuk menemui kawan pondok gus maten guna istirahat sebentar dan meminjam beberapa keperluan yang masih belum terbawa.
Estimasi waktu yang direncanakan seketika berantakan, sebab kami tak cuman berhenti sebentar di rumah kawan gus maten. Itu dikarenakan agung dan gus maten ternyata belum tidur satu malam penuh, sehingga kami harus rehat dan menunggu mereka untuk beristirahat terlebih dulu sampai benar-benar segar dan stamina tubuhnya kembali membaik untuk melakukan pendakian.
Walhasil, kami baru menuju base camp ba'dal magrib tepatnya pukul 18.00 wib dan baru sampai di basecamp pendakian pukul 20.30 wib. Sesampainya di basecamp kami tak langsung mendaki, karena dari pihak basecamp melarang untuk melaksanakan pendakian pada malam hari. Justru pihak basecamp menyarankan untuk melakukan pendakian selepas tengah malam atau pukul 24.00 wib, hal ini dikarenakan pihak basecamp khawatir kalau pendaki kedinginan dijalan ketika memaksakan mendaki pada malam hari sebelum tengah malam.
Dengan terbuangnya banyak waktu dalam perjalanan dan istirahat sore tadi, ditambah mas mbut mengatakan hari senin dia harus sudah ada dirumah untuk mengikuti acara keluarga. Kami memutuskan melakukan pendakian dengan cara tektok (dalam bahasa pendaki tektok diartikan naik ke puncak dan langsung turun kembali tanpa mendirikan tenda di gunung).
Pendakian baru bisa terlaksana minggu pagi pukul 01.30 wib. Kami berempat tidak menjadi pendaki yang berangkatnya sendiri pada dini hari, sebelumnya sudah ada rombongan dari jogja yang berangkat terlebih dahulu. Dan kita bertemu ketika di pos 1 pada saat istirahat lalu menikmati pemandangan bulan bintang ditambah gemerlap lampu kota magelang dan sekitarnya.
Sesampainya di pos 2 kami tidak langsung melanjutkan perjalanan, tetapi kami tetap beristirahat sejenak guna menyantap makanan ringan, menyesap kopi, sembari menunggu waktu subuh dan tak lupa menunggu datangnya sunrise. Saat semua sudah selesai, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju pos 3 guna mengejar waktu.
Di pos 3 kami bertemu dengan 3 pendaki rombongan dari jakarta yang berjumlah 40 orang, namanya bang nardy dari jakarta, agus dari lampung dan april dari flores. Akhirnya kami berempat memutuskan untuk menuju puncak bersama mereka setelah ngobrol lumayan lama di pos 3.
Perjalan kami bisa dikatakan cepat, hal ini dibuktikan dengan estimasi waktu dari pos 3 ke pos 4 yang seharusnya lebih dari 75 menit ternyata kami cukup memerlukan 60 menit saja untuk sampai. Sayangnya agus mengurungkan niatnya sampai ke puncak sebab merasa sudah sangat capek dan tidak kuat.
Kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju puncak, dan alhamdulillah kami berenam bisa mengalahkan puncak gunung sumbing. April menangis bahagia karena baru pertama kalinya ia bisa sampai puncak saat melakukan pendakian gunung. Selepas berfoto ria dan menikmati indahnya puncak gunung sumbing kami memutuskan untuk kembali turun, karena kami juga harus mengejar waktu untuk kembali ke semarang.
Saat turun dari puncak gunung sumbing sampai pos 2 semua berjalan dengan mulus. Ketika baru berjalan beberapa langkah menuju pos 1 kami mengalami masalah yang sangat serius. Si april tiba-tiba jatuh tak tersadarkan diri dan diam tak berucap, awalnya kami kira dia pingsan karena kecapekan. Tetapi ternyata dia di ganggu oleh makhluk astral, seketika kami pun panik terutama bang nardy dan bang samsul selaku penanggung jawab april saat pendakian.
April menangis, mengerang,tertawa sendiri hingga teriak-teriak tidak jelas hal ini terjadi lebih dari 1 jam mulai pukul 18.03 hingga 19.39 wib. Aku, gus maten dan agung pun membantu dengan berbagai upaya untuk bisa menyadarkan april dari mulai melakukan hal-hal yang sifatnya medis hingga membaca berbagai doa agar bisa memulihkan april kembali. Padahal sebelumnya kami sudah pernah mengalami kejadian seperti ini di gunung lawu dan yang mengalami pun kawanku sendiri, tapi Alhamdulillahnya bisa teratasi walaupun waktunya juga cukup lama.
Sayangnya kali ini kami tidak menemukan hasil, justru kami semua malah juga mendapat gangguan. Kami bolak balik mendengar suara perempuan yang tertawa kencang padahal tidak ada lagi pendaki yang naik ataupun turun pada saat itu. Lalu beberapa pohon yang bergoyang sendiri padahal yang lain tidak, hingga keluhan april yang melihat perempuan tinggi besar memandang dia dengan tajam.
Semua cara sudah dilakukan tapi tetap tanpa hasil, hingga akhirnya pihak dari basecamp datang. Seketika april berhenti menangis dan bisa berbicara dengan mudah dan jujur. Alhasil april dibawa turun dengan cara digendong oleh pihak basecamp. Lalu dipertengahan menuju pos 1 ada bantuan susulan dari pihak basecamp sehingga april di tandu bebarengan menggunakan batang pohon yang ditebang oleh pihak basecamp.
Akhirnya kami semua bisa sampai basecamp dengan selamat pukul 21.30 wib. Kamipun beristirahat dan makan untuk kembali memulihkan tenaga karena seharian hanya makan mie instan itupun cuman 1x saja.
Tidak berhenti disini saja ceritanya, saat perjalan pulang kami harus mengalami kendala lagi. Aku dan gus maten hampir saja jatuh dari motor, sebab saat turun tajam dijalan tiba-tiba rem depan motorku blong. Untungnya gus maten yang menyetir motor bisa mengendalikan motor hingga berhenti, lalu akupun langsung menyiram bagian rem motor agar segera dingin dan bisa dipakai untuk melanjutkan perjalanan kembali.
Pendakianku kali ini sangat banyak cerita yang mengenang dan bisa jadi tidak semua pendaki mengalami hal serupa. Aku sangat bersyukur karena semua yang sudah terjadi saat pendakian bisa teratasi, walaupun harus melewati banyak tragedi tak terduga. Untuk kesekian kalinya aku berterimakasih kepada Allah SWT yang masih memberiku nikmat sehat jasmani-rohani sehingga bisa menilik dan menikmati keindahan ciptaan-Nya.
2 Komentar