Aku teringat bahwa baru lusa
Kita benar-benar bisa bercakap dan saling menertawakan
Namun,
Nahasnya itu hanya sekedar
Kita bagai kepak sayap burung pulang
perkasa di selasar bintang,
laksana camar menjelajah riang
selami laut penuh tawa
waktupun betah berlabuh: menunggumu menjadi manusia seutuhnya, disetiap detik, menit, jam hingga warsa
kuharap, engkau belumlah petang merah jingga di detik menit
Yang hanya duduk membatu menatap dentang usia
Engkau sejatinya adalah pelukis masa dan kisah
Kata "semangat" sepertinya tak cukup
Perjuangan yang engkau lalui belum purna
Tak perlu risau, apalagi gundah
Kita tidak benar-benar saling berpisah
Hanya saja,
Engkau lebih dahulu mencari jati diri
Engkau lebih mempunyai perjuangan yang membumbung tinggi
Sedangkan aku akan tetap disini
Di tempat yang sama
Dimana engkau akan mudah mengingatnya
2 Komentar