Seandainya semua peristiwa masih tersimpan dalam albuk kenangan yang tersematkan dalam romantisme kala itu, takan ada penyesalan diantara kesepakatan.
Untaian kata habis ku lahap tanpan tanda titik maupun koma, sejauh ku pertahankan tak pernah ada tanda sapaan. Hampir saja ku lumat semua kata-kata mutia yang bertebaran di sosial media. Namun tetap saja, hadirmu lah yang bisa menjawab keresahan yang ada.
Apakah aku perlu menjadi seperti JUANG, yang mengubur rasa penyesalan dengan menghabiskan waktu dalam perjalanan. tanpa tahu arah jalan pulang.
Ataukah aku harus menjadi seperti MINKE, yang melawan arus dalam dunia kebodohan tanpa rasa bosan. Sebab menurutku dia hanya dari orang yang termarjinalkan, oleh para imperial bajingan.
Sedikit yang ku tahu dari kawan dekatmu, engkau hanya memandangiku. Entah pandangan rindu atau hanya ingin tahu keadaan pasca melepasku. terasa hambar memang, namun dirimu sudah memiliki tekat bulat untuk bertaut dariku.
Aku tak bermaksud memanggilmu untuk kembali ke peluk hangatku. Hanya saja, aku tak tahan dengan fikiranku yang terus menderu sekunjung waktu.
Apa kabarmu? apakah engkau menemu orang baru? sudahkah bahagia membersamaimu?. Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang menyebalkan selalu dengan mudah mengerogoti alam bawah sadarku tentang dirimu.
sekali lagi maaf, aku masih menjadi manusia bodoh yang tak henti berharap dekap senyum hangatmu.
3 Komentar